Senin, 10 Januari 2011

artikel2 google (belom diringkas)


Tanjung Priok berdarah lagi, setelah kasus Tanjung Priok pada tahun 1984 menelan banyak korban, kini Tanjung Priok kembali membara dan darah tertumpah lagi.
Kemarin tanggal 14 April 2010 peristiwa serupa berulang di kawasan yang sama di Tanjung Priok. Polisi dan warga berperang dari pagi sampai sore dengan keganasan dan kebencian yang mengerikan. Puluhan orang terluka dan banyak kendaraan polisi dibakar massa. Kerusuhan malah meluas sampai ke Rumah Sakit Koja.
Pemicunya sama, yaitu persinggungan dengan keyakinan agama. Di tahun 1984, kerusuhan berdarah dipicu oleh kemarahan warga terhadap seorang aparat yang memasuki masjid tanpa membuka alas kaki.
Sementara perang kemarin dipicu oleh perlawanan warga kepada ribuan satpol pamong praja yang hendak memasuki kompleks makam Mbah Priok yang selama ini diyakini keramat. Kompleks itu berada dalam lahan milik PT Pelindo II. Mbak Priok adalah nama lain dari Habib Hassan bin Muhamad al Hadad, penyiar Islam dari Sumatera yang pertama kali menamakan kawasan di utara Jakarta itu sebagai Tanjung Priok.
Ketika peristiwa Tanjung Priok meledak tahun 1984, publik tidak banyak yang tahu. Pers yang terkontrol ketat tidak menyiarkan peristiwa itu apa adanya.
Kemarin, Perang Tanjung Priok, menjadi tontonan. Inilah perang yang terjadi di masa demokrasi dan kebebasan. Publik menyaksikan betapa negara, dengan segala kelengkapan dan kewenangan ternyata tidak mencintai rakyatnya.
Di sisi yang lain, publik pun bisa menyaksikan betapa warga negara telah memiliki kebringasan yang mengerikan juga. Mereka bisa memamerkan senjata tajam dan segala peralatan perang yang mungkin dipergunakan sebagai senjata, termasuk meledakan bom molotov.
Apa yang menyebabkan negara dan rakyatnya sendiri terlibat pertarungan berdarah yang mengerikan layaknya seperti musuh di medan perang?
Ini semuanya terjadi karena beberapa sebab. Pertama, tidak terlihat peningkatan yang sungguh-sungguh pada komitmen negara mencintai rakyatnya. Negara, bila terjadi konflik kepentingan dengan warga lebih cenderung memperlakukan rakyat sebagai musuh yang harus disingkirkan.
Kedua, betapa buruknya negara menjalankan resolusi problem. Makam Mbah Priok itu, menurut keterangan Wakil Gubernur DKI Prijanto, tidak digusur tetapi hendak direnovasi sebagai tempat kramat. Tetapi niat baik itu tidak dipahami karena komunikasi yang buruk.
Ketiga, terjadi distrust yang parah terhadap peraturan karena semakin hari semakin jelas bahwa penegakan hukum di negeri ini sangatlah manipulatif. Mafia hukum yang terbongkar belakangan ini bisa menjelaskan betapa meluasnya manipulasi itu.
Lalu, yang tidak kalah pentingnya adalah buruknya civic education. Negara lalai mendidik warga agar memiliki disiplin. Termasuk lembaga-lembaga pendidikan. Dan, yang juga lalai menjalankan civic education adalah partai politik.  ( sumber: www.mediaindonesia.com)





Pagi tadi waktu Yunani saya membaca banyak status teman FB yang mencemooh dan menyalahkan Satpol PP. Saya langsung membaca Kompas.com dan memperoleh berita yang cukup menyedihkan. Bentrokan sesama bangsa; antara penduduk Tanjung Periuk di wilayah Koja dengan petugas kepolisian.
Sejak zaman dahulu wilayah Tanjung Priuk memang daerah yang paling mudah timbul kerusuhan. Jika saya boleh berpendapat, hal ini karena masyarakat disana mayoritas berasal dari kalangan kelas bawah. Ingat peristiwa Tanjung Priok yang menewaskan 400 orang lebih. Zaman masih Orde Baru pimpinan Pak Harto berkuasa, 10 September 1984 peristiwa mengenaskan tersebut terjadi karena salah seorang anggota Babinsa masuk ke mesjid tanpa melepas sepatu. Penahanan Ustad Amir Biki dkk oleh tentara. Ratusan warga Tanjung Priuk menjadi korban kekejaman aparat pada zaman itu. Hanya akibat jemaah mesjid yang marah dan membakar motor anggota Babinsa tsb.
Hari ini 14 April 2010, kembali peristiwa menyedihkan terjadi kembali di wilayah Tanjung Priuk. Kembali warga dan polisi menjadi korbannya. Masalah berawal dari perintah Wagub yang tidak ingin rakyat mengkramatkan kuburan Mbah Priuk di wilayah KOja. Dari sudut pandang sosiologis, kuburan Kramat itu bukan saja dianggap kramat oleh masyarakat sekitar. Kuburan itu juga merupakan sumber mata-pencarian penduduk setempat.
Sama halnya di Yunani, jiak ada situs yang menjadi obyek wisata atau yang banyak dikunjungi orang, maka tempat itu merupakan lokasi yang layak untuk penduduk setempat membuka usaha. Saya memang belum pernah ke kuburan Mbah Priuk dan wilyah Koja juga saya pernah lewat saja, itu pun beberapa tahun silam. Dengan adanya kuburan tersebut penduduk dari yang mulai pedagang minuman, makanan kecil, penjaga parkir dan mungkin tukang kemenyan dan kembang bisa mendapatkan penghasilan.
Kemungkinan juga disana ada centeng-centeng yang jaga kuburannya, bukan saja terancam hilang mata pencarian tetai juga akan terjadi perubahan sosial besar di wilayah itu.
Terlepas dari masalah kepercayaan penduduk masalah msitik dan soal benda kramat, saya sangat prihatin dengan jatuhnay korban di kedu abelah pihak. Pejabat yang menurunkan perintah tugas pembongkaran, seharusnya berani mengaku salah dan mengundurkan diri dari jabatannya.
Lah wong KD saja mau kok ngaku salah selingkuhi suami orang, masa pejabat yang moralnya dan niat awalnya membrantas mistik tidak mau ngaku?






From Kompas :
Belum Ada Penambahan Pasukan, Polisi Terkepung di Area Makam
Rabu, 14 April 2010 | 17:59 WIB
http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2010/04/14/1757474620X285.jpg
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Aksi saling lempar batu saat bentrok antara warga dengan satpol pp dalam upaya pembongkaran kompleks makam Mbah Priuk di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (14/4/2010). Bentrokan ini mengakibatkan sedikitnya 15 orang terluka dan belasan kendaraan roda dua dan empat dibakar massa.
Situasi mencekam yang terjadi dalam kericuhan makam Mbah Priok, Koja, Jakarta Utara, Rabu (14/4/2010 ), hingga petang ini belum kunjung usai. Ratusan aparat Kepolisian yang terpukul mundur masih terkepung dan bertahan di sekitar dalam areal makam Mbah Priok.Sebelumnya, dalam bentrokan siang tadi, polisi terpukul mundur karena banyaknya massa yang menyerang. Beringasnya massa yang tidak sebanding dengan jumlah personel, membuat polisi memutuskan mundur dari serangan massa.
Sejak polisi terpukul mundur pada sore tadi, hingga saat ini belum ada tanda-tanda akan keluar dari lokasi pertahanannya. Sementara ribuan massa masih menguasai jalan masuk makam Mbah Priok di Jalan Jampea, yang merupakan satu-satu akses masuk menuju makam.
Demikian pula dengan penambahan jumlah pasukan untuk perbantuan, hingga berita ini diturunkan, belum ada tanda-tanda kedatangan personel tambahan ke dalam areal tersebut. Sementara di luar, massa yang sebagian besar mengenakan kopiah dan bersarung ini masih tetap melakukan aksi pembakaran.

Ditebas, Lengan Petugas Satpol PP Nyaris Putus
Rabu, 14 April 2010 | 10:41 WIB
http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2010/04/14/1038587620X285.jpg
KOMPAS.com/ KRISTIANTO PURNOMO
Anggota Satpol PP terluka akibat sabetan senjata tajam saat upaya pembongkaran kompleks makam Mbah Priuk di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (14/4/2010). Sedikitnya empat orang anggota satpol pp terluka saat bentrokan dengan warga terjadi.
Kekisruhan di depan makam Mbah Priok di Jalan TPU Dobo, Kelurahan Koja, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Rabu (14/4/2010), mengakibatkan sejumlah orang terluka. Korban luka jatuh dari kedua belah pihak, baik warga maupun anggota Satpol PP yang bertugas melakukan pengosongan.Ada sedikitnya empat anggota Satpol PP yang terluka dalam insiden tersebut. Dua di antaranya mengalami luka di pelipis dekat alis sebelah kiri akibat lemparan batu dan, yang terparah, terkena tebasan senjata tajam warga yang mengakibatkan luka menganga di lengan kanan seorang aparat.
Petugas naas ini langsung dibopong oleh sejumlah rekan-rekannya untuk menjauh dari lokasi bentrokan. Salah satu anggota Satpol PP terlihat memegangi tangan kanan si korban yang nyaris putus. Sementara korban yang hingga kini belum dikatahui identitasnya terlihat mengerang kesakitan.
Seperti diberitakan sebelumnya, sekitar pukul 08.00 aksi saling melempar batu kembali terjadi antara warga dan aparat. Aparat sempat merangsek masuk ke wilayah makam, tetapi masih menjaga jarak dengan warga yang bertahan di dalam makam. Warga bertahan dengan kayu bekas yang dipergunakan sebagai senjata dan batu. Sementara itu, aparat menggunakan seragam antihuru-hara lengkap.
Saat berita ini diturunkan, suasana di lokasi bentrokan kembali tenang. Warga menarik diri ke dalam lokasi situs bersejarah itu, sementara anggota Satpol PP masih berjaga-jaga di depan gerbang masuk.




Komnas HAM Kecam Satpol PP
Laporan wartawan KOMPAS.com Hindra Liauw
Rabu, 14 April 2010 | 17:24 WIB
http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2010/04/14/1026554620X285.jpg
Bentrokan terjadi antara anggota satpol pp dan warga saat upaya pembongkaran kompleks makam Mbah Priok di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (14/4/2010).
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mengecam tindakan Satuan Polisi Pamong Praja ketika berhadapan dengan warga sekitar Koja, Jakarta Utara, Rabu (14/4/2010), terkait pembebasan lahan di daerah tersebut.
Anggota Komnas HAM Yoseph Adi Prasetyo melihat adanya sikap arogansi yang ditunjukkan Satpol PP ketika menghadapi warga. “Satpol PP, sebagai penegak hukum Perda, terlihat menggunakan diskresi berlebihan. Tidak ada juga tanda-tanda pimpinan Satpol PP meminta maaf atas apa yang terjadi,” ujar Yoseph kepada para wartawan, Rabu di Gedung Komnas HAM, Jakarta.
Sementara itu, Anggota Komnas HAM Ridha Saleh mengatakan, Komnas mendorong agar Satpol PP dievaluasi. “Kita perlu melihat keberadaan Satpol PP. Yang jelas, Satpol PP harus berubah,” ujarnya. Terkait perekrutan, Yoseph mengatakan, pemerintah perlu memerhatikan tingkat intelektualitas dan kecerdasan emosional ketimbang kekuatan otot.
Ditambahkan, apa yang terjadi ini ironis karena selisih beberapa hari dari hari ulang tahun Satpol PP. “Kita dikasih kado yang luar biasa kejam dari Satpol PP. Saya tidak tahu apa ini skenario ulang tahun Satpol PP,” kata Yoseph. Apa yang dilakukan Satpol PP, sambungnya, merusak citra Indonesia sebagai anggota Dewan HAM PBB dan Dewan Keamanan Tidak Tetap PBB.
Pemprov DKI: Eksekusi Makam Mbah Priok Ditunda
Untuk meredakan sekaligus menciptakan suasana kondusif paska peristiwa kerusuhan yang terjadi di Koja, Jakarta Utara, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyatakan, menunda eksekusi pembongkaran gapura di areal makam Mbah Priok, Koja, Jakarta Utara.
“Petugas Satpol PP dan Kepolisian sudah ditarik. Eksekusi ditunda hingga terjadi negosiasi persuasif dengan pihak yang menuntut,” ujar Cucu Ahmad Kurnia, Kepala Bidang Informasi Publik Dinas Kominfo dan Kehumasan DKI Jakarta, Rabu (14/4).
Cucu mengungkapkan, penundaan eksekusi dilakukan untuk menekan dampak kerusuhan agar tidak semakin meluas ke wilayah lainnya. Dirinya menegaskan, sebanyak 2 ribu pasukan Satpol PP DKI Jakarta serta 640 personil gabungan dari Polres Jakarta Utara dan Kepolisian Polda Metro Jaya saat ini telah ditarik dari lokasi kerusuhan.
Tidak hanya itu, Cucu juga menegaskan, Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta, Muhayat telah mengeluarkan surat untuk menunda pelaksanaan eksekusi makam tersebut. Bahkan, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto langsung turun ke lapanngan meninjau langsung peristiwa tersebut serta juga memberikan keterangan pers di kantor Walikota Jakarta Utara.
Berdasarkan data terakhir yang diperoleh beritajakarta.com menyebutkan, korban luka yang dilarikan ke RSUD Koja, Jakarta Utara terdapat 90 orang. Ke-90 orang tersebut terdiri dari 60 Satpol PP, 11 anggota polisi, serta 19 warga baik yang menderita luka ringan maupun berat.
Direktur Utama (Dirut) RSUD Koja, Jakarta Utara, Togi Asman Sinaga, mengatakan, sebagian besar korban yang dirawat di RSUD Koja sudah diperbolehkan pulang. Namun, saat ini masih terdapat 7 orang yang masih kritis dan 9 orang lainnya masih dalam perawatan.
Kepala Satpol PP DKI Jakarta, Harianto Badjoeri mengatakan, eksekusi yang dilakukan jajarannya merupakan perintah pengadilan. Tanah di areal makam tersebut, kata dia, direncanakan menjadi daerah komersil. Makamnya sendiri tidak akan dibongkar, justru akan dijadikan monumen yang yang bisa dikunjungi setiap saat.
“Kita bergerak atas perintah pengadilan, bukan untuk membongkar makam, melainkan membongkar bangunan liar yang berada di areal makam. Tanahnya sendiri akan digunakan oleh pemiliknya,” kata Harianto Badjoeri.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar